HUKUM PEREMPUAN IMAM SHOLAT
Oleh: Krisnanda
A.
Hadis Yang
Membicarakan Tentang Perempuan Sebagai Imam Shalat
Baca Juga: KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM
1.
Hadis yang
secara khusus melarang laki – laki berimam kepada perempuan tersebut
diriwayatkan Ibnu Majah:
ولابن ماجه من حديث جابر رضي الله عنه (( ولاتؤمّنّ امرءة رجلا, ولا اعرابيّ
مهاجرا, ولا فاجر مؤمنا)).[1]
“Dalam riwayat Ibnu Majah dari Jabir r.a.
“Jangan sekali – kali seorang perempuan menjadi imam atas laki – laki, atau
a`rabi (badui) atas orang durjana atas orang mukmin.
2. Hadis yang membolehkan perempuan menjadi
imam shalat jama`ah diriwayatkan Abu
Dawud dan dianggap sahih oleh Ibnu Huzaimah.
و عن ام ورقة ان النبي صلعم امرها ان تؤم اهل دارها (رواه ابو داود و صححه
ابن ماجه)
“Dari Ummu
Waraqah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. memerintahkan kepadanya agar menjadi imam
atas penduduk kampungnya.”
B. Kualitas Hadis Yang Membicarakan Perempuan
Sebagai Imam Shalat
1. Kualitas Hadis yang melarang laki – laki berimam kepada perempuan diriwayatkan Ibnu Majah:
Jarh wa ta`dil:
Nama
Lengkap : Jabir bin
`Abdullah bin Amru bin Haram
Kalangan : Shahabat
Kuniyah : Abu `Abdullah
Negeri
Semasa Hidup : Madinah
Wafat : 78 H
ULAMA KOMENTAR
Shahabat
Nama
Lengkap : Sa`id bin Al
Musayyab bin Hazan bin Abi Wahab bin `Amru
Kalangan : Tabi`in Kalangan Tua
Kuniyah : Abu Muhammad
Negeri
Semasa Hidup : Madinah
Wafat : 93 H
ULAMA
KOMENTAR
Ahmad
Bin Hambal : Tsiqah
Abu
Zur`ah Arrazy : Tsiqah Imam
Adz
Dzahabi : Imam,
Adz
Dzahabi : Ahadul A`lam,
Tsiqah Hujjah, Ahli Fiqh
Nama
Lengkap : Ali bin Zaid bin
`Abdullah bin Jud`an
Kalangan : Tabi`in Kalangan Biasa
Kuniyah : Abu Al-Hasan
Negeri
Semasa Hidup : Bashrah
Wafat : 131 H
ULAMA KOMENTAR
Ahmad bin Hambal : Laisa bi
qowi
Yahya bin Ma`in : Dha`if
Al `Ajli :
Laisa bi qowi
Abu Zur`ah :
Laisa bi qowi
An Nasa`i :
Dha`if
Ibnu Hajar :
Dha`if
Nama
Lengkap : Abdullah bin
Muhammad Al-Adawi
Kalangan : Tab`ut Tabi`in Kalangan
Tua
Kuniyah : -
Negeri
Semasa Hidup : -
Wafat : -
ULAMA KOMENTAR
Al- Bukhari : Mungkarul
hadis
Abu Hatim :
Mungkarul hadis
Abu Hatim :
Saih majhul
Ad Druquthni :
Matruk
Ibnu Hajar :
Matruk
Adz Dzahabi :
Wahin
Nama
Lengkap : Al Walid bin
Bukhair
Kalangan : Tabi`ut Tabi`in Kalangan
Pertengahan
Kuniyah : Abu Jannab
Negeri
Semasa Hidup : Kufah
Wafat : -
ULAMA KOMENTAR
Abu Hatim :
Syaikh
Ad Daruquthni :
Matrukul hadis
Ibnu Hajar :
Layyinul hadis
Adz Dzahabi :
Watsiq
Ibnu Hibban : Dsbt dalam `Ats Tsiqat`
Nama
Lengkap : Muhammad bin
`Abdullah bin Numair
Kalangan : Tab`ul Atba` Kalangan Tua
Kuniyah : Abu `Abdur Rahman
Negeri
Semasa Hidup : Kufah
Wafat : 234 H
ULAMA KOMENTAR
Al `Ajli :
Tsiqah
Abu Hatim :
Tsiqah
An Nasa`i :
Tsiqah ma`mun
Ibnu Hibban : Dsbt
dalam `ats Tsiqah
Ibnu Hajar al `Asqalani: Tsiqah Hafidz
Adz Dzahabi :
Hafizh
Hadis ini dijadikan oleh jumhur ulama sebagai dalil bahwa perempuan
tidak boleh menjadi imam bagi laki –
laki.[2]
Hadis ini sanad hadis tersebut dhaif (lemah) karena ada salah
satu perawinya bernama Abdullah bin Muhammad Al-Adawi dari Ali bin Zaid bin
Jad`an yang dinilai oleh waki` bersifat dhaif. Dari kesimplan singkat ini, penulis
berkesimpulan bahwa hadis tentang larangan wanita menjadi imam bagi laki – laki
ini lemah, atau tidak cukup kuat untuk dijadikan hujjah hukum.[3]
2. Baca Juga: KONSEP RASIONALITI DALAM EKONOMI KONVENSIONAL DAN ISLAMI
Kualitas Hadis yang membolehkan perempuan menjadi imam
shalat jama`ah
Jarh wa ta`dil:
Nama
Lengkap : Ummu Waraqah binti
`Abdullah bin al-Haarits
Kalangan : Shahabiyah
Kuniyah : Ummu Waraqah
Negeri
Semasa Hidup : Madinah
Wafat : -
ULAMA KOMENTAR
Shahabiyah
Nama
Lengkap : Abdur Rahman bin Khallad
Kalangan : Taabi`in Kalangan Biasa
Kuniyah : -
Negeri
Semasa Hidup : -
Wafat : -
ULAMA KOMENTAR
Ibnu Hibban :
Dsbt dalam At Tsiqah
Ibnul Qaththan :
Majhul hal
Ibnu Hajar al `Asqalani: Majhul hal
Nama
Lengkap : Al – Walid bin
`Abdullah bin Jami`
Kalangan : Tabi`in Kalangan Biasa
Kuniyah : -
Negeri
Semasa Hidup : Kufah
Wafat : -
ULAMA KOMENTAR
Abu Daud : Laisa
bihi ba`s
Ahmad bin Hambal : Laisa bihi
ba`s
Abu Zur`ah : La
ba`sa bih
Al Ajli : Tsiqah
Ibu Hatim :
Shalihl hadis
Ibnu Saad : Tsiqah
Nama
Lengkap : Waki` bin Al –
Jarrah bin Malih
Kalangan : Tabi`in Kalangan Biasa
Kuniyah : Abu Sufyan
Negeri
Semasa Hidup : Kufah
Wafat :
196 H
ULAMA KOMENTAR
Al `Ajli : Tsiqah
Ya`kub bin Syaibah : Hafizh
Ibnu Sa`d : Tsiqah ma`mun
Ibnu Hibban : Hafizh
Ibnu Hajar al Asqalani: Tsiqah ahli ibadah
Adz Dzahabi :
Seorang tokoh
Nama
Lengkap : Ustman bin
Muhammad bin Ibrahim bin `Utsman
Kalangan : Tabi`ul Atba` Kalangan
Tua
Kuniyah : Abu Al- Hasan
Negeri
Semasa Hidup : Kufah
Wafat :
239 H
ULAMA KOMENTAR
Adz Dzahabi :
Hafizh
Yahya bin Ma`in : Tsiqah
Al `Ajli :
Tsiqah
Ibnu Hibban :
Dsbt dalam Ats Tsiqah
Ibnu Hajar :
Tsiqah hafid
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dianggap sahih oleh Ibnu
Huzaimah.[4]
Ummu Waraqah yang dimaksud dalam riwayat tersebut merupakan Ummu Waraqah binti
Naufal Al-Anshari, atau sebagian riwayat menyebutkan binti Abdillah bin Harits
bin `Uwaimar. Rasulullah sering mengunjnginya dengan Asy-Ssyahidah. Dia
hafal al-Qur`an dan menjadi imam penduduk kampungnya. Ketika Rasulullah perang
Badar, Ummu Waraqah bertanya, “ Ya, Rasulullah, izinkan aku ikut berperang
bersamamu!” Nabi lantas menyuruhnya agar menjadi imam saja bagi penduduk
desanya. Nabi juga menugasi seseorang untuk menjadi muazin baginya. Ia menjadi
imam atas anak – anak laki – laki dan perempuan.[5]
Hadis inilah yang dijadikan dasar diperbolehkannya seorang
perempuan bertindak sebagai imam atas laki – laki, sebagaimana yang dipilih
oleh Al-Muzani dan Abu Tsaur. Sedangkan Ath-Thabri memperbolehkan perempuan
menjadi imam shalat tarawih jika diantara yang hadir tidak ada yang hafal
al-Qur`an. Sementara itu menurut jumhur, perempuan diperbolehkan menjadi imam
hanya jika makmumnya sama – sama perempuan. Adpun yang ditunjukkan oleh hadis
diatas, yaitu jama`ah Ummu Waraqah juga terdapat ghulam (anak – anak
laki – laki), ini tidak bisa dipahami secara umum.[6]
C.
Pengamalan
Hadis Tersebut Dalam Konteks Kekinian Dengan Analisi Pakar
Kitab – kitab fiqh yang bersepakat
untuk tidak membolehkan seorang perempuan menjadi imam bagi laki – laki atau
seorang banci sekali pun.[7]
Yang diperbolehkan adalah perempuan bisa jadi imam bagi sesama perempuan (tidak
bercampur dengan jama`ah yang laki – laki). Lebih dari itu, ajaran Islam juga
melarang atau pun setidaknya makruh jika perempuan muda menghadiri jama`ah di
masjid untuk menghindari timbulnya fitnah. Ada pun bagi perempuan yang sudah
berusia lanjut diperbolehkan dengan syarat tidak memakai minyak wangi.
Kalau kita lihat dalam konteks
kekinian, ajaran – ajaran misoginis ini tidak sepenuhnya relevan lagi, sebab
kaum perempuan sekarang telah memiliki status yang sama, baik dalam kehidupan
keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat.[8]
Dalam literatur Islam klasik seperti kitab al-Majmu` Syah al-Muhadzzab karangan
Imam Syarafuddin al-Nawawi ataupun pendapat Umar Nawawi Banten mengatakan
bahwa, seluruh ulama dari dulu sampai sekarang, kecuali Abu Tsaur melarang
perempuan untuk menjadi imam bagi laki – laki. Ini juga merupakan pendapat Abu
Hamid al-Isfirayaini. Namun ada juga yang membolehkannya, seperti Abu Tsaur,
Imam Mazni, dan Imam Ibnu Jarir al-Thabari.
|
Menurut pandangan penulis, jika
dilihat dari status hadis di atas sah jika perempuan menjadi imam shalat bagi
laki – laki. Namun, apakah ada perempuan yang mau jadi imam shalat jama`ah di
masjid?. Apa lagi kecendrungan shalat umat Islam itu diimami oleh seorang laki
– laki, bukan perempuan. Kemudian para kaum perempuan juga memiliki larangan
berupa suara sebagai aurat mereka. Terbukanya aurat perempuan sering
menimbulkan fitnah, memancing nafsu birahi lawan jenisnya.[9] Jadi, sekali lagi dalam konteks kekinian
hadis ini membolehkan perempuan menjadi imam bagi laki – laki. Namun ada fatwa
dari MUI No. 9/MUNAS VII/MI/13/2005 Tentang WANITA MENJADI IMAM SHALAT.[10]
Baca Juga: Berdoalah, Cara Terbaik Agar Keinginan Tercapai
Referensi
Koderi,
Muhammad. Bolehkan Wanita Menjadi Imam Negara. Jakarta: Gema Insani
Press. 1999.
Sukri,
Sri Suhandjati. Pemahaman Islam dan Tantangan Keadilan Jender.
Yogyakarta : GAMA MEDIA. 2002
ابن حجر العسقلاني, بلوغ المرام من ادلة
الاحكام. سورابايا – اندونيسيا : حاريسما
http://www.fikihkontemporer.com/2013/05/wanita-menjadi-imam-shalat-lelaki-fatwa.html
http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/08/27/hukum-shalat-jumat-bagi-perempuan/
[1] (Hadis Nomor 437) . ابن حجر العسقلاني, بلوغ المرام من ادلة الاحكام.
سورابايا – اندونيسيا : حاريسما. في ضفحة 82
[2] Sri Suhandjati Sukri, Pemahaman Islam dan Tantangan Keadilan Jender.
Yogyakarta : GAMA MEDIA. Hlm. 103.
[3] Sri Suhandjati Sukri. Ibid,..
[4] Ibid,. Hlm. 103
[5] Ibid,..
[6] Ibid,..
[7] Ibid,.. hlm. 101
[8] Sri Suhandjati Skri,. Ibid,.. Hlm.102.
[9] Muhammad Koderi, Bolehkan Wanita Menjadi Imam Negara. 1999.
Jakarta: Gema Insani Press Hlm.35.
Comments
Post a Comment
Thank You