Mengenal Beberapa Saintis Muslim yang Terkenal di Dunia
Oleh: Krisnanda
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sejarah sains sering ditinjau pada masa kini sebagai akumulasi progresif dari teknik dan penghalusan metoda kuantitatif dalam mempelajari alam.[1] Pandangan seperti ini menganggap konsepsi sains sekarang sebagai satu-satunya yang berlaku, karena itu orang yang mengukur sains dari peradaban lain dengan sains moderen dan mengaluasinya terutama, menurut “perkembangannya” dengan berlalunya waktu. Bagi seorang Muslim, sejarah adalah rangkaian
peristiwa- peristiwa yang tidak sedikit pun mempangaruhi dasar – dasar Islam yang non-temporal. Ia lebih berkeinginan mengetahui dan menyadari dasar – dasar ini dari pada memperhatikan originalitas dan perubahan sebagai kebijakan intrinsik. Lambang peradaban Islam bukanlah sebuah sungai yang mengalir melainkan Ka`bah, yang stabilitasnya melambangkan watak Islam yang permanen dan tak berubah.Sepanjang sejarah Islam, tokoh sentral dalam pengajaran sains ialah orang –
orang bijaksana (Hakim).[2] Biasanya
ia seorang dokter, penulis dan penyair, seorang astronom dan matematikawan dan
yang paling utama bahwa ia adalah orang bijak. Maka dari itu, seperti kata
pepatah “Tak kenal maka tak sayang” adalah sebuah kalimat harus dijadikan
sebagai dasar untuk mengenal secara lebih komprehensif ilmuwan-ilmuwan muslim
yang sangat berjasa dan memiliki konstribusi dalam peradaban dunia Islam.
Mengapa? Karena seringkali Islam di justifikasi
oleh orang-orang dan golongan yang tidak pernah mengenalnya sebagai agama yang
mundur dan memundurkan. Bahkan Islam juga dikatakan tidak pernah menggalakkan
umatnya untuk menuntut dan menguasai pelbagai lapangan ilmu pengetahuan. Dari
situlah peting dalam mengenal para saintist Muslim.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan sedikit paparan di atas, maka penulis merumuskan
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.
Siapa tokoh –
tokoh universal sains Islam?
2.
Siapa itu Ibnu
Sina dan Al-Khawarizmi?
3. Kontribusi apa yang telah mereka berikan?
PEMBAHASAN
A. Tokoh – tokoh Universal Sains Islam
-
Jabir ibn Hayyan (103 H/721 M-200 H/815 M) adalah seorang sufi - syi`ah dan ahli alkhemi.
-
Abu Yusuf Ya`qub ibn
Ishaq al-Kindi (185 H/801 m-260 H/873
M) adalah seorang Muslim yang tergolong sebagai filosof-santis pertama.
-
Hunain ibn Ishaq (194 H/810 M-263 H/877 M) adalah seorang cendikiawan Kristen yang memberi
andil berarti bagi kebangkitan sains Islam sebagai penerjemah dan penyalur
sains Grika.[3]
-
Tsabit ibn Qurrah ( 211 H/826 M atau 221 H/836 M-288 H/901 M) adalah penerjemah besar, hampir
sama penting seperti Hunain. Tambahan, ia menulis banyak naskah tentang
astronomi, teori bilangan, fisika dan cabang Matematika lainnya yang amat besar
pengaruhnya pada era saintis Muslim.
-
Muhammad ibn Musa
al-Khwarazmi (meninggal 249 H/863 M) adalah ahli matematika Muslim
pertama.
-
Muhammad ibn Zakariya
al-Razi (251 H/865 M-313 H/925 M) adalah
-
Abu Nasr al Farabi (258 H/870 M- 339 H/950 M) adalah orang pertama dalam Islam yang
mengklasifikasikan sains itu seluruhnya, melukiskan batas masing – masing dan
mengukuhkan dasar tiap cabang ilmu. Guru kedua setelah Aristoteles dan presiden
bagi filosof Muslim.
-
Abu al-Hasan al-Mas`udi
(meninggal 345 H/ 956 M) adalah sejarawan dan saintis
ternama Islam.
-
Abu `Ali al-Husain ibn
Sina (370 H/980 M- 428 H/1037 M) adalah adalah seorang
filosof-santis terbesar Islam dari tokoh paling berpengaruh dalam bidang umum
seni dan sains.
-
Abu `Ali al-Hasan ibn
al-Haitsam (354 H/965 M- 430 H/1039 M) adalah seorang ahli fisika
Muslim terbesar, dikenal di Barat dengan nama Alhazaen).
-
Abu Raihan al-Biruni (362 H/973 M – 442 H/1051 M) adalah seorang saintis Muslim terbesar.
-
Abu `l-Qosim Maslamah
al-Majrithi (meningggal 398 H/1007 M) adalah seorang yang mula m-
mula memperkenalkan pengkajian sains, terutama matematika dan alkhemi kepada
dunia Islam bagian Barat.
-
Abu Hamid Muhaamd
al-Ghozali (450 H/1058 M – 505 H/1111 M) adalah seorang saintis
atau filosof yang meninggalkan pengaruh besar pada kehidupan intelektual Islam,
sehingga taklah cukup berbicara mengenai sejarah sains Islam tanpa menyinggung
perannya.
-
Abu `lFath `Umar ibn Ibrahim al-Khayyami
(lahir 429 H/1038 M- 440 H/1048 M, wafat 517 H/1123 M- 526 H/1132 M) adalah
seorang saintis terkemuka dari abad pertengahan.
-
Abu `l-Walid Muhammad
ibn Rasyd ( 520 H/1126 M – 595 H/1198 M) adalah komentator
terbesar abad pertengahan tentang Aristoteles.
-
Quthubuddin al-Syirazi (634 H/1236 M – 710 H/1311 M) adalah seorang dari komentator utama mengenai
karya medis Ibn Sina.
-
`Abdul Rahman Abu Zaid
Ibn Khaldun (732 H/1322 M- 808 H/1406 M) adalah filosof sejarah
dan cendikiawan sains tentang prilaku manusia.
-
Bahauddin al-`Amili (953 H/1546 M – 1030 H/1621 M) adalah seorang ahli theologi dan Sufi dan
ahli matematika, arsitek, ahli kimia dan ahli guna – guna (occultisme) yang
terkenal.
B. Mengenal Ibnu Sina
1. Riwayat Hidup Ibnu Sina
Ibnu Sina, dikenal di dunia
Barat dengan nama Avicenna, dan digelari sebagai Amir al-Athibba (Pangeran
dokter-dokter).[4]
Ia dilahirkan pada tahun 370 H. (980 M.) di Bukhara, Asia Tenggara. Sejak
kecil, orang bijak ini menampakkan bakatnya yang luar biasa dan hebat dalam
memperoleh ilmu dan keahlian. Ia pun memperoleh kedudukan terhormat di kalangan
teman – temannya, karen keunggulannya dalam ilmu-ilmu dan kejuruan – kejuruan
Islami, sehingga ia dijuluki dengan gelar – gelar besar di Timur hingga kini.[5] Ibnu
Sina telah mampu menghafal Al-Qur’an pada usia
10 tahun. Bakat dan ketekunannya yang besar mengantarkannya menjadi dokter yang
diakui masyarakat Bukhara pada usia 17 tahun. Ibnu Sina, seperti juga para ilmuwan di masa dahulu,
lebih sebagai seorang ilmuwan alam yang generalis. Keingintahuannya terhadap
rahasia penciptaan alam semesta yang diikuti dengan pengamatan secara tekun dan
teliti, menghasilkan penemuan-penemuan lainnya di bidang astronomi, fisika,
matematika, kimia dan musik serta di bidang geologi.[6]
Kelebihan
yang dimiliki oleh Ibnu Sina sangat beragam. Dialah yang pertama kali mencatat
dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap. Selain dikenal sebagai
seorang filusuf, ilmuwan, dan juga dokter, Ia juga dikenal sebagai seorang
penulis yang sangat produktif. Sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat
dan pengobatan. Bagi banyak orang, Ibnu Sina adalah bapak pengobatan modern.
Sejak
kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaiannya yang luar biasa. Di Usia 5
tahun, ia telah belajar menghafal Al-Qur’an dan belajar mengenai ilmu-ilmu
agama. Ilmu kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar
mengenai teori kedokteran, tetapi beliau selalu melakukan pembelajaran melalui
studi empiris dengan melayani orang-orang sakit sehingga di usia yang masih
muda, ia dapat menemukan metode-metode baru dari perawatan. Profesinya dibidang
kedokteran dimulai sejak umur 17 tahun. Kepopulerannya sebagai dokter bermula
ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur, salah seorang penguasa
Dinasti Samaniah sedangkan para tabib dan ahli kedokteran lain yang hidup pada
masa itu tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja.
Ibnu
sina, nama tersebut semakin melambung diusianya yang tergolong sangat muda.
Selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia
juga ahli dalam berbagai macam bidang sains, diantaranya matematika, logika,
fisika, geometri, astronomi, metafisika, dan filosofi. Sehingga dengan berbagai
macam keahliannya tersebut, pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat
sebagai seorang fisikawan.
Beranjak
pada usianya yang ke 22, ayahnya saat itu pergi meninggalkan Ibnu Sina untuk
selamanya. Semenjak kematian ayahnya, ia mulai berkelana untuk menyebarkan ilmu
dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya adalah Jurjan,
sebuah kota di Timur Tengah. Disinilah ia bertemu dengan seorang sastrawan
sekaligus saintis dan ulama besar Abu Raihan Al-Biruni. Ia kemudian
berguru kepada Al-Biruni.[7]
Tidak
sampai di kota Jurjan saja, ibnu sina melanjutkan perjalanannya menuju kota Rayy
dan Hamadan. Disinilah karya besar dan spektakulernya Qanun fi
Thib mulai ditulis. Ditempat ini pula pula, ibnu sina banyak berjasa
terutama pada raja Hamadan. Seakan tak pernah lelah, ia melanjutkan lagi
pengembaraannya. Kali ini ke daerah Iran. Disepanjang jalan yang dilaluinya
itu, banyak lahir karya-karya besar yang memberikan manfaat besar pada dunia
ilmu kedokteran khususnya.
Perkembangan
dunia kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ialah yang
banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran. Dalam Qanun Fi
Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang
pengobatan dan obat-obatan. Ia juga yang memperkenalkan penyembuhan secara
sistematis, dan metodenya tersebut dijadikan rujukan utama selama tujuh abad lamanya.
Selain menjadi pencetus ide penggambaran anatomi tubuh manusia secara lengkap,
ia juga orang pertama yang merumuskan bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa
memiliki keterkaitan dan saling mendukung.
2. Karya Tulis Ibnu Sina
Karya
tulis Ibnu Sina yang beredar hingga kini, yang masih ada diperkirakan sebanya
250 buah judul, termasuk buku – buku singkat (buku saku) dan kumpulan surat –
suratnya, yang semuanya mencakup tema – tema populer pada abad pertengahan.[8]
Pada umumnya, tulisan-tulisan Ibnu Sina menggunakan bahasa Arab, meskipun
sebagiannya berbahasa Persia, seperti Dansyanamah Alai. Yaitu buku ilmu
pengetahuan yang dipersembahkan kepada Alai al-Daulah, yang dianggap
sebagai tulisan falsafi pertama dalam bahasa Persia. Gaya bahasa Ibnu Sina
dalam bahasa Arab khususnya sulit dipahami. Setelah ia berada di Ishfahan dan
mempelajari sastra Arab, sesegera mungkin ia menjawab sebagaian kritikus –
kriitikus sastra Arab.[9]
Ia pun
mencoba memperbaiki bahasanya, dan berhasil secara baik. Hal ini dibuktikan
oleh buku – buku yang ditulisnya menjelang tahun – tahun akhir kehidupannya. Terutama,
al-Isyarat wal-Tanbihat, yang telah menggunakan perkembangan bahasanya
itu. Buku – buku Ibnu Sina diantaranya:
a. Qanun Fi Thib
Kitab
ini ditulis ketika ia menuntut ilmu di Rayy dan Hamadan. Qanun Fi Thib yang
dalam bahasa inggris telah diterjemahkan dengan nama The Canon Of Medicine,
berisi tentang berbagai macam cara penyembuhan dan obat-obatan. Didalamnya
tertulis jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Karena itulah, ada
pula yang menamakan kitabnya ini sebagai Ensiklopedia Pengobatan.
b. Asy-Syifa
Dalam
buku asy-syifa ini, Ibnu Sina juga menuliskan tentang masalah penyakit dan
pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit
bersangkutan. Sama seperti Qanun Fi Thib, Kitab Asy-syifa ini juga dikenal
dalam dunia kedokteran sebagai Ensiklopedia Filosofi dunia kedokteran. Kitab
ini terdiri dari 18 jilid.
c. Al-Magest
Buku ini berkaitan dengan bidang astronomi. Diantara isinya terdapat bantahan terhadap pandangan Euclides, serta meragukan pandangan Aristoteles yang menyamakan bintang-bintang tak bergerak. Menurutnya, bintang-bintang yang tidak bergerak berada dalam satu globe.
C.
Mengenal Al-Biruni
Abu Raihan Al-Biruni merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis
ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak
menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, dan obat-obatan. Abu Raihan
Muhammad Al-Biruni lahir di daerah Uzbekistan pada tahun 973 Masehi, menulis
lebih dari 200 buku hasil pengamatan dan percobaannya, yang setara dengan 13
ribu lembar folio, melebihi jumlah lembaran tulisan Galielo dan Newton bila
keduanya digabungkan. Para ahli sejarah menyebut masa keemasan ilmu pengetahuan
saat itu sebagai “abad Al-Biruni”.
Dengan
kemampuan linguistik yang luar biasa, Al Biruni mampu menyerap ilmu pengetahuan
secara langsung dari berbagai sumber kebudayaan. Hal ini mendasarinya untuk
menetapkan metode ilmiah yang menjadi pegangan para ilmuwan setelahnya, yaitu :
“seorang peneliti harus menggunakan setiap sumber yang ada dalam bentuk
aslinya, melakukan pekerjaan dengan ketelitian obyektif, dan melakukan
penelitian melalui pengamatan langsung dan percobaan”.
Di
bidang geologi, karya terbesar Al Biruni adalah pada subyek mineralogi, berjudul Gems (Kitab-al-Jamahir).
Beliau mendeskripsikan lebih dari 100 mineral lengkap dengan varian, genesa,
karakteristik dan nilai ekonomisnya. Beliau pula yang menemukan cara menentukan
berat jenis secara akurat untuk 18 jenis mineral penting. Dalam kitab ini
beliau juga memuat data berbagai cadangan mineral yang ada di Cina, India,
Srilangka, Eropa Tengah, Mesir, Mozambiq, dan kawasan Baltik.
Pada
subyek geomorfologi[10], Al Biruni meneliti karakteristik Sungai Gangga dari
sumbernya di pegunungan Himalaya hingga ke Delta Gangga-Brahmaputra di tepi
Samudera Hindia. Beliau menemukan pengurangan ukuran butir sedimen dari hulu ke
hilir terkait dengan berkurangnya energi arus sungai yang membawanya. Beliau juga
mengajukan proses pembentukan lembah sungai akibat proses erosi yang
berlangsung lama dan pelan, mendahului pendapat serupa yang dikemukakan oleh Nicolas Desmarest, seorang geologis Perancis, pada tahun 1756. Selain itu perhatiannya
terhadap perubahan arah aliran Sungai Amu Darya menghasilkan kajian evolusi
morfologi Asia Tengah.[11]
Pada
subyek paleontologi[12], Al Biruni juga melakukan pengamatan pada fosil-fosil
yang ada di lapisan batuan di India dan menyimpulkan bahwa fosil-fosil tersebut
berasal dari laut. Hal ini mendasarinya berpendapat bahwa batuan di India
dahulu terbentuk di lautan. Masyarakat Barat di kemudian hari lebih mengenal
prinsip ini sebagai yang ditemukan oleh Leonardo da Vinci pada
abad ke-16.
Pada
subyek hidrogeologi, Al Biruni meneliti prinsip dan rekayasa hidrostatik
mata air alami dan artesis. Al Biruni menghasilkan beragam karya original
lainnya di bidang geografi, kartografi, botani, astronomi, fisika, matematika,
kedokteran, sosiologi dan ilmu sejarah. Ragam penelitian Al Biruni meliputi
semua jenis ilmu yang ada saat itu. Sehingga banyak ahli sejarah menganggapnya
bukan saja ilmuwan muslim terbesar di abad pertengahan, tetapi juga sebagai
ilmuwan terbesar sepanjang masa.
Buku
karya Al Biruni lainnya yang dianggap berpengaruh adalah India (Kitab-al- Hind), yang menjadi rujukan para
peneliti India hingga hampir 6 abad setelahnya. Al Biruni yang pernah tinggal
di India selama 20 tahun mengupas secara rinci dan masif beragam kondisi
geografi, sosial, budaya, bahasa dan keagamaan masyarakat India. Menarik sekali
melihat seorang ilmuwan alam mumpuni yang juga fasih dalam merekam dan menyatu
dengan realitas sosial masyarakatnya. Al Biruni memang dikenal sebagai seorang
tokoh yang penuh rasa toleransi.
Berbeda
dengan Ibnu Sina, karya-karya Al Biruni baru diterjemahkan ke bahasa-bahasa
Eropa setelah abad ke-20, sehingga pengaruh pemikiran dan sumbangannya terhadap
ilmu pengetahuan Barat kurang berpengaruh.
Kejujuran dan dedikasinya yang total terhadap ilmu pengetahuan mungkin dapat digambarkan dari peristiwa penolakannya terhadap penghargaan dari Sultan yang berkuasa saat itu, berupa ribuan mata uang perak yang dibawa oleh 3 ekor unta. Dengan sopan Al Biruni berkata, “saya mengabdi terhadap ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri dan bukan demi uang”. Sifat antusiasnya yang sangat besar terhadap ilmu juga tergambar dari ungkapannya bahwa “Allah itu Maha Mengetahui dan tidak menyukai ketidaktahuan”.
Daftar Pustaka
Seyyed Hossein Nasr, Sains dan Peradaban di dalam Islam. Trj: J.
Mahyudin dari Science and Civilization in Islam. –PUSTAKA: Bandung, 1968.
Sayyed Husein Nasr, Tiga Pemikir Islam (Ibnu Sina, Suhrawardi, dan
Ibnu Araby). Tjm. Ahmad Mujahid dari Tsalatsah Hukama Muslim. –Risalah:
Bandung. 1986.
Salahudin Husein, Sepintas Mengenal Kiprah ilmuwan Muslim dalam
Perkembangan Awal Ilmu Geologi, dikutip dari :
http://reocities.com/BourbonStreet/inn/5330/kolom_geologi/Geolog_Muslim.html
Masmoy, Ibnu Sina Bapak Kedokteran Dunia dikutip dari:
[1] Seyyed Hossein Nasr, Sains dan Peradaban di dalam Islam. Trj:
J. Mahyudin dari Science and Civilization in Islam. –PUSTAKA: Bandung, 1968.
Hlm. 1
[2] Seyyed Hossein Nasr, Ibid,..Hlm. 23
[3] Seyyed Hossein Nasr, Sains dan Peradaban di dalam Islam. Trj:
J. Mahyudin dari Science and Civilization in Islam. –PUSTAKA: Bandung, 1968.
Hlm. 26
[4] Sayyed Husein Nasr, Tiga Pemikir Islam (Ibnu Sina, Suhrawardi, dan
Ibnu Araby). Tjm. Ahmad Mujahid dari Tsalatsah Hukama Muslim. –Risalah:
Bandung. 1986. Hlm. 15
[5] Sayyed Husein Nasr, Tiga Pemikir Islam (Ibnu Sina, Suhrawardi, dan
Ibnu Araby), Ibid,.. Hlm. 15.
[6] Salahudin Husein, Sepintas Mengenal Kiprah ilmuwan Muslim dalam
Perkembangan Awal Ilmu Geologi, dikutip dari http://reocities.com/BourbonStreet/inn/5330/kolom_geologi/Geolog_Muslim.html
[7] Masmoy, Ibnu Sina Bapak Kedokteran Dunia dikutip dari http://masmoi.wordpress.com/2009/12/28/ibnu-sina-bapak-kedokteran-dunia/
[8] Ibid,.. Hlm. 19.
[9] Ibid,...Hlm. 19.
[10] Dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia, Geomorfologi diartikan Ilmu tentang bentuk permukaan bumi masa kini
dan proses yang mengakibatkan terjadinya bentuk itu.
[11] Salahudin Husein,
Sepintas Mengenal Kiprah ilmuwan Muslim dalam Perkembangan Awal Ilmu Geologi…
[12] Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, paleontology diartikan ilmu tentang fosil (tumbuhan dan hewan)
Comments
Post a Comment
Thank You