Metodologi dan teori Karl Marx tentang Agama sebagai Alienasi

 


1. Apa itu Agama sbg Alienasi (AA) menurut Karl Marx?

Menurut Karl Marx, Agama sebagai alienasi merupakan refleksi dari keadaan manusia yang tidak menjadi diri sendiri, manusia yang menjadi objek Tuhan sehingga ia tidak memiliki otonomi terhadap diri sendiri tetapi malah menggantungkan dirinya pada agama yang justru diciptakan oleh manusia. Ia tunduk terhadap agama, ia kehilangan dirinya, tidak bisa menguasai diri untuk meraih apa yang diinginkannya. Manusia tidak mengobjektifkan dirinya. Agama sebagai alienasi adalah dalam agama manusia tidak menjadi diri sendiri, melainkan ia menjadi objek Tuhan. Manusia tidak mengobjektifkan diri sendiri dalam kehidupan nyata ini. Agama yang dianggap sebagai alienasi oleh Marx adalah agama yang tidak bisa dirasionalisasikan. Semuanya berbau khayalan dan mistik. Tidak membawa kemajuan terhadap dunia nyata seperti perekonomian, kesejahteraan rakyat, kemakmuran, sopan santun, dan lain sebagainya yang menyangkut aspek materi.


2. Mengapa teori itu muncul?

Teori itu muncul karena dilatarbelakangi oleh prinsip-prinsip ekonomi dan politik yang dipertautkan dengan agama. Teori ini juga mengindikasikan bahwa manusia tidak menjadi diri sendiri, tidak mampu merealisasikan kehendak diri, dan tidak memiliki otonomi terhadap diri. Manusia terasing dari diri sendiri disebabkan dogma-dogma agama. Namun, manusia tetap selalu terlibat dalam agama berikut aspek-aspeknya. Teori ini mengindikasikan bahwa manusia memproyeksikan dirinya kepada Tuhan, tetapi tidak pernah melihat hakikat dirinya sendiri. Sehingga dalam hal ini, Marx ingin menafikan agama dai kehidupan manusia.


3. Apa saja bentuk penerapan AA?

Bentuk agama sebagai alienasi yang dikemukakan Karl Marx tercermin dalam realitas kehidupan manusia sendiri, yakni manusia memproyeksikan dirinya kepada Tuhan dan tidak pernah melihat hakikat dirinya. Doktrin Karl Marx ini ingin menafikan agama berikut aspek-aspeknya dalam kehidupan manusia. Seperti apa yang dikemukakan Daniel L. Pals bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan sejak awal berkenaan dengan Karl Marx. Pertama, bentuk komunisme, Marx hanya memberikan suatu teori tentang agama, bukan sebuah pemikiran total yang dengan sendirinya menyerupai sebuah agama. Dan yang lebih penting apa yang dihadirkan Marx dalam pemikirannya bukanlah suatu catatan tentang agama secara umum melainkan suatu analisis tentang agama Kristen dan agama lainnya yang serupa dengan menekankan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa  dan eskatologi. Sehingga dalam pemikirannya hanya pemikiran Kristen yang semula memberikan pengaruh atas modal dasar teori yang telah dicetuskannya itu ketika ia mengemukakan bahwa agama sebagai pelarian orang miskin dari penderitaan dan penindasan ekonomi. Kedua, filsafat Marx begitu jauh jangkauannya, apa yang ia tawarkan sebagai suatu “teori” tentang agama tradisional merupakan bagian yang agak kecil dan tidak mesti sentral dari pemikirannya.


4. Apa fungsi AA?

Fungsi AA adalah Karl Marx menganalisa agama melalui ekonomi dan politiknya sebagai alur pendekatan fungsional. Dengan pendekatan tersebut menjadi suatu keberhasilan Marx dalam melihat agama melalui sudut pandang kaitannya dengan ekonomi sehingga membawa Marx pada reduksionisme yang khas. Teori Marx mengenai agama sebagai alienasi ini mengungkapkan bahwa penderitaan manusia adalah tempat kehadiran Tuhan. Paham ini mendobrak paham manusia tentang otonom agama yang mengekang kebebasan diri dan menghindari agama serta tetap dalam aturan diri sendiri sebagai fitrah manusia untuk berkiprah.


5. Bagaimana Anda menjelaskan orang kaya menurut teori AA?

Orang kaya menurut teori AA adalah para kapitalis (oarang kaya) yang menentukan kepada kaum buruh pekerjaan apa yang akan mereka lakukan dan hasilnya menjadi milik pemegang kapitalis. Sehingga orang kaya itu tidak mencari kerja untuk memproduksi, tetapi memperkerjakan orang untuk keuntungan dan kepentingannya sendiri. Kepentingan pemegang kapitalis (orang kaya) benar-benar dipisahkan dengan para buruhnya. Apabila si buruh bekerja pada majikannya, mereka tetap harus membayar atas produk yang diproduksinya karena produk merupakan hak milik para kapitalis. Kapitalisme (orang kaya) melarang para pekerja untuk bekerjasama dengan pekerja lainnya sehingga mereka tidak saling kenal sekalipun berada di tempat yang berdampingan. Kapitalis (orang kaya) mengadu para pekerja sejauh mana mereka mampu berproduksi. Situasi yang demikian - permusuhan di kalangan pekerja - akan menguntungkan pihak kapitalis karena para pekerja akan kembali ke para majikannya dan otomatis keuntungan kembali kepada kaum kapitalis. Kemudian orang kaya menganggap orang miskin hanya dicetak untuk menjadi mesin produksi yang hanya menguntungkan kapitalis tanpa memikirkan bagaimana jiwa dan kualitas pekerja sebagai seorang manusia.

Comments

Popular Posts